Sabtu, 24 September 2016

Best Friend Forever



Penulis: Sholahuddin
kelas: 4 shan’a

 Nama saya Deri, Deri pertama hari di kelas 6 SD guru meminta mengenalkan indesitas diri dimulai dari Deri.
“Nama saya Muhamad Deriwansyah dipanggil Deri saya dari kelas 5 Irak umur saya 11 tahun alamat Perum Serian Blok
F No.3,” kata Deri setelah semuanya mengenalkan indesitas diri.
Deri telah tau temannya ada Sabri, Gofur, Zafri, Firgi, Thoib, Farhan, Sudji, Afis, Baruk, Rizki dan Dafif yang akhwat (perempuan) Nali, Zhahro, Naila, Fitri, Nabila, Ria, Raza, Wafi, Qirin, Waro, Zahfira, Balqis.
 Deri  merasa senang, begitu juga dengan kawannya. Deri dan kawannya tetap senang bersama dan terpisah. Sabri adalah kawan terbaik deri kawan terbaik dan tidak tapi kawan selamanya.
Rizki menceritakan keluarga akan nambah 1. Deri memikirkan maksudnya ibu Rizki akan melahirkan bayi. Deri bilang, “Selamat ya Rizki,” Deri tahu teman lama atau baru jadi sahabat dan kelas 6 Afganistan kelas 6 lainnya bilang kelas best freind forever, karena Deri membuat ceria baik hati rajin dan kebaikannya dan Deri jadi ketua kelas.
 Orangtua Deri sangat bangga melakukan kebaikan di kelas lain  dan di rumah dan Deri membuat grup best friend forever dibagikan 8 gang, nama gangnya ketua gang 4 orang rupanya ketua gang Deri, Jamra, Feri, Gofar, Nabila, Zharo, Qilmis, Zofa. Kata Deri, “Sekarang pilih ketua grup” rupanya ketua Deri wakil ketua Gofar yang perempuan ketua Qilmis wakil ketua Zharo kelas 6 sangat saling berteman dan mungkin kelas 1,2,3,4 dan 5 mau masuk grup best friend forever kata Sabri mungkin kelas itu akan masuk nantinya baru 8 gang nanti 48 gang di sekolah sdit al-jainah. tamat.

Share:

Hutang


penulis: Sholahuddin Al-Ayyubi
kelas: 4 shan’a
Ada seorang laki-laki yang kaya bernama Hafriz tapi saudaranya keluarga besarnya ghorimin (ramai terkena hutang) .
Dia sering sholat ikshtirksyah sholat sunnah yang meminta petujuk kepada allah swt. Kapan saja dan dimana saja dia sholat ikstirksyah dan hafriz pun sholat teru-menerus tanpa henti sampai do’anya dikabulkan oleh allah swt.
Sampai hafriz punya ide dia memberi sedekah untuk orang miskin di bulan Ramadan sampai uangnya cukup setelah bulan Ramadan Hafriz pun telah memberi sedekah 34 orang miskin 52 orang fakir 60 panti asuhan,
Dia pun siap-siap sholat idul fitri setelah pulang sholat idul fitri hafriz pun duduk di sofa tak lama kemudian “tuk...tuk...tuk,” tedengar suara ketukan pintu.
 “Assalamualaikum,” kata amil (penerima zakat fitrah dan membagikan uang zakat fitrah).
 “Waalaikumsalam,” jawab Hafriz seraya membuka pintu.
 “Eh ustadz Fadri” kata Hafriz
“ Nih uang zakat fitrah dari muslim dan muslimah saya jadi amil zakat nih ambil uang yang diberikan  Rp.31.500.000, (tiga puluh satu juta lima ratus ribu rupiah).
“Kamukan ghorimin” kata ustadz Fadri.
“Terima kasih ustadz” kata Zafrih.
Zafrih hitung uang digabungkan akhirnya dia bisa membayar hutangnya.
Share:

Jumat, 23 September 2016

Hobi Amir





Hobi Amir
Oleh: M. Afif Rahman
Amir adalah anak yang tidak mempunyai hobi. Dia iri kepada temannya karena semua temannya mempunyai hobi. Seperti Mila, Mila hobinya memasak.
Kalau Abdul hobinya bermain bola. Amir bertanya kepada Abdul, “Abdul hobimu kan bermain bola, jadi apa yang membuatmu ingin jadi pemain bola?” kata si Amir dengan rasa heran.
Abdul pun menjawab pertanyaan Amir, “Pertama kali aku diajak Ayah menonton bola, jadi saya mau menjadi pemain sepak bola gitu,” kata Abdul dengan rasa gembira.
“Oh begitu ya,” kata Amir dengan rasa takjub.
Karena mendengar kata Abdul. Amir termotivasi untuk mencari hobinya. Amir sangat suka membaca buku. Lama-kelamaan dia tahu hobinya.
Hobinya adalah membuat cerita. Menulis. Setelah banyak membaca, Amir menemukan banyak ide berkeliaran di kepalanya. Amin menulis di buku lalu dipindahkan ke computer dengan bantuan abangnya. Hingga sekarang Amir sudah menerbitkan 3 buah buku cerita karangannya sendiri.
Bukunya dicetak banyak. Dan dibeli teman-temannya. Amir sangat gembira sekali. Orang-orang mau membaca bukunya. Kini Amir sering diundang sekolah-sekolah lain untuk memberikan tips menulis dan semangat menulis.
Share:

Bermain Hujan


Hasil gambar
http://mazaaida.blogspot.co.id/2014/04/jangan-berhernti-bermain-hujan.html



Bermain Hujan
Oleh: Rafiqa Rahmayanti (5 Grozny)
Febri, seorang anak kecil yang menyenangi keajaiban air hujan. Ada rasa tentram dan damai bila hujan membasuh bumi.
Febri merengek kepada Ibunya untuk memakai jas hujan, Ibu Febri melarang Febri untuk memakai baju hujan, karena saat itu langit sedang cerah dan panas.
Karena tak kunjung turun hujan beberapa hari ini, Febri jadi murung, dia selalu bertanya pada Ayah dan Ibu, tentang kapan hujan akan turun.
Febri berdiri di depan jendela dan melihat langit, dalam hatinya bertanya-tanya, bila agaknya hujan akan turun.
Febri duduk di depan pintu dan menatap langit. Awan –awan bagai bulu domba berterbangan di atas sana. Dalam hatinya Febri masih bertanya-tanya, kapan agaknya hujan akan turun.
Febri berlari kelapangan, melihat orang bermain layangan, angin menerpa mengkibarkan rambut dan pakaiannya, untuk sementara Febri lupa bahwa dia ingin bermain hujan.
Tak disangka langit menjadi berwarna gelap. Febri berlari mendekati Ibunya dan bertanya, apakah hujan akau turun sekarang. Ibunya menjawab iya.
Titik-titik dari langit turun. Febri menadahkan tangan. Dia melompat kegirangan. Dan berlari ke halaman rumah. Membiarkan dirinya basah kuyup diguyur hujan.
Ibu tersenyum melihat kegembiraan Febri, ibu berteriak supaya Febri memakai baju hujannya, tapi tak Febri hiraukan. Febri tetap saja berlari ke sana ke mari. Dia bermain sampan-sampan dan air bendungan.
Keesokan paginya. Ibu membuka pintu kamar Febri. Ibu terkejut sebab Febri bersuara parau, keningnya panas. Ibu dan Ayah Febri pag itu langsung membawa Febri ke Puskesmas terdekat. Untunglah bukan demam berdarah.
Share:

Rabu, 07 September 2016

Gara – Gara Zahra




By: Balqis Nuha Shabira
Gara – Gara Zahra

Aku berjalan sambil memegang tas dengan langkah tergesa – gesa menuju kelas V  Jeddah. V Jeddah itu adalah kelasku yang berada disebelah IV Riyadh.
“ Dila, kenapa kamu terlambat? “ Tanya Pak Farid tegas. Pak Farid adalah guru yang paling tegas di sekolahku, dia sangat ditakuti semua murid termasuk aku.
“ Sudah, cepat duduk, sekali lagi kamu telambat, akan dihukum keliling lapangan “, kata Pak Farid.
Aku berjalan menuju tempat dudukku. Tapi, belum sampai ke tempat duduk, ada yang menyandung kakiku dan akhirnya aku pun terjatuh.
“ Ha, ha, ha, makanya kalau jalan liat – liat dong “, ejek Zahra.
“ Huh, kan aku sudah lihat, kamu aja yang sengaja “ kataku sambil berteriak.
“ Maca cih “, kata Zahra sok imut.
“ Jangan sok imut deh, lebay amat “, kataku ketus.
“ Sudah – sudah, kalian ini bikin rusuh ya! Bapak  kasih hukuman buat kalian. Dila, kamu Bapak hukum keliling lapangan 5 kali, dan kamu Zahra, Bapak hukum membersihkan 10 WC yang ada di sekolah kita sampai bersih “, kata Pak Farid memberi hukuman.
Aku dan Zahra berjalan keluar kelas dan menjalankan hukuman masing – masing. Lapangan disekolahku luas sekali, luasnya kira – kira 1 Km.  
“ Hosh, hosh, hosh, capek sekali sampai – sampai rasanya ingin pingsan. Huh, gara – gara Zahra, aku jadi dihukum deh “, kataku pada diri sendiri. Kalau saja aku tidak terlambat, ceritanya tidak mungkin begini. Berarti untuk selanjutnya, aku harus lebih awal mempersiapkan diri untuk berangkat ke sekolah.  
Aku lihat, anak – anak banyak keluar kelas, tenyata ini sudah waktunya istirahat. Aku berlari menuju kelasku untuk mengambil air minumku. Setelah sampai di kelas, aku berjalan ketempat dudukku dan meraih botol berwarna hijau tosca. Aku meminum air yang ada didalam botol itu hingga setengah. Setelah itu, aku pergi ke kantin tempat sahabatku berada. Oh iya, nama sahabatku itu Aliya, Ira, Lina, dan Rana.
Sesampainya di kantin, aku memesan bakso dan milkshake rasa strawberi, setelah itu aku menghampiri meja sahabatku Setelah sampai disana, aku duduk dan bercanda bersama sahabatku sambil makan.
Tet! Teet! Teeet! Bel tanda istirahat selesai  berbunyi sangat nyaring.
Semua murid termasuk aku dan sahabatku berlarian menuju kelas masing – masing. Sesampainya di kelas, kami duduk dibangku masing – masing. Tidak lama kemudian, Bu Sahlah masuk ke kelas dan memulai pelajaran bahasa inggris. Kami memperhatikan pelajaran dengan serius.
Tet! Teet! Teeet! Tidak terasa bel tanda pulang berbunyi.aku dan murid – murid lainnya berhamburan keluar kelas dan menuju jemputan masing – masing. Aku melihat mobilku yang berwarna silver dengan nomor polisi BP 3005 BS didepan gerbang,  aku menghampiri mobilku dan memasukinya. Tidak lama kemudian, terdengar mesin mobil dinyalakan. Waktu yang dibutuhkan untuk sampai di rumahku sekitar 1 jam.
Sebenarnya, tentang kejadian tadi itu, aku kapok deh disuruh keliling lapangan, lain kali aku tidak mau cari gara – gara lagi deh sama Zahra.  Oh iya, aku baru ingat sekarang, kalau Zahra itu suka cari gara – gara sama orang yang tidak pendiam seperti aku ini, He, he, he. Sudah dulu ya, aku capek nih. 
Share:

Jumat, 02 September 2016

Kenapa harus pakai kacamata?!





Kenapa harus pakai kacamata?!
Oleh: Hanna Khairunnisa

Hai!!!,namaku Joly.Aku duduk dikelas 4.Saat bel pulang berbunyi,aku langsung pulang kerumah berlari dengan terburu buru. Sesampainya  aku dirumah aku mengucapkan salam,”assalamualaikum!!!”ucapku.Aku pergi kekamar mandi .Aku mandi dengan cepat.Setelah mandi aku langsung memakai bajuku lalu aku makan.
Aku langsung pergi kekamar.Aku membuka sebuah laci.Laci itu berisi sebuah laptop milikku.Aku membuka google.Aku menulis www.you tube.com
Aku ingin menonton Doraemon .Aku nonton terlalu lama.Mataku pedih,penglihatan ku mulai kabur.Aku pergi keruangan ibu segera membilang kepada ibu mataku pedih.Ibuku mengajakku kedokter mata supaya bisa diperiksa.
Aku ketakutan.Sesampainya dirumah sakit.Aku dan ibu pergi keruang dokter mata.Aku di suruh  mem baca beberapa huruf.Tapi rupanya aku harus memakai kacamata.Aku dan ibu pergi ketoko kacamata.Disana ada berbagai jenis kacamata
Aku memilih kacamata bewarna unguIbu membayarnya.Lalu kami pulang esok harinya  aku segera mandi lalu makan.Aku mengambil tasku dan mengambil tas dan memakai kacamata.Aku mengambil sepedaku lalu pergi menuju kesekolah.
Aku sedikit gugup masuk ke kelas,Aku takut karena nanti diejek.Ternyata mereka tidak mengejekku malah sebaliknya mereka memujiku.Sekarang aku berjanji pada ibu tidak bermain laptop terlalu lama.
Share:

The Crazy Camp




The Crazy Camp
Oleh: Hanna Khairunnisa

Tokoh:Lila dan Meli
Setting/tempat:taman griya camp
Kring!!!, oh hp ku berbunyi. Ternyata Lila menelpon, ”halo? hai Lila aku mau pergi kemping, mau ikut gak?” tanyaku kepada Lila. “Aku mau ikut sih, tapi aku tanya mama dulu, oke tunggu sebentar ya!” jawab Lila. Setelah beberapa saat Lila beteriak gembira sambil berkata; ”mama sudah membolehkan yee..!!!!, kita berangkat besok ya, oke”. Keesokan harinya, “tiiiittt!!!”, terdengar mobil Meli berbunyi dari luar. ”Hai Lila”, sapa Meli. “Hai meli, selamat pagi mama Meli”, jawabku. “Ayo kita berangkat”, kata Meli. Selama dijalan aku melihat Meli tidur, aku mengambil beberapa foto meli yang lagi tidur. Sesampainya di tempat kemping kami langsung membangun tenda untuk berkemah. Ketika malam tiba kami memasak sosis untuk makan malam. Kami memasak sosis sendiri-sendiri sesuai kesukaan. Tetapi saat sedang masak sosis Meli ketiduran lagi. Ketika saya sedang makan sosis yang saya masak tadi, Meli terbangun dan dia melihat sosisnya rasanya sudah seperti gosong dan akhirnya kamipun terpaksa makan sosis yang saya masak untuk kami berdua. Setelah selesai makan, kami pun tidur. Keesokan harinya kami pergi main kesungai. Aku dan  Meli sangat asyik berenang. Ketika Meli duduk diatas batu, aku berenang kebelakangnya, kemudian aku mendorong Meli dari belakang. Dia jatuh kedasar sungai, untung sungainya dangkal. Meli tampak terkejut dan dia berusaha membalas. Setelah itu kami mengganti baju lalu makan pagi. Setelah makan kami melakukan beberapa aktifitas. Pertama kami melakukan permainan mencari bendera, lalu kami bermain melintasi sungai memakai tali. Kemudian kami bermain flyng fogs. Kami berdua sangat menikmati kegiatan kemping yang sedang berlangsung. Setelah hari menjelang sore kami bersiap-siap untuk pulang. Kami langsung pergi kemobil. Mama Meli kemudian menghidupkan mobil. Brum…., brum…, sampai jumpa lagi kami pulang.
Share:

Kumpulan Cerpen Pemanang Lomba Cerpen Anak




Langit Jingga Ibu
Cerpen Ayesha Kamila Rafifah
Rinai-rinai hujan tersingkap
Gerimis minggir mengucap permisi
Awan-awan hitam bergerak
Berarak meninggalkan kampung
Dalam keheningan aku menatap
Sinar jingga kemerahan lembut
Menyongsong roda hidup baru
Yang bahagia, bahagia, selamanya.
***
“Ibu?” Aku melongokkan kepala ke dalam bilik dapur yang sempit. Ibu sedang sibuk mengukus kue-kuenya ketika menoleh padaku dengan tatapan bertanya.
“Tempat pensilku yang lama sudah rusak. Bisa tolong belikan yang baru?” Aku mengangkat tempat pensil putihku yang sudah kecokelatan, memperlihatkan bagian resletingnya yang rusak.
Ibu tersenyum kecut. “Belum bisa, Sayang. Uang yang kita punya habis untuk biaya sekolahmu dan adikmu. Lagipula, kemarin kan kamu sudah dibelikan tas baru,” ujar beliau, menata beberapa kue ke tampah —nampan besar yang biasa digunakan ibu untuk menjajakan kuenya.
“Tapi teman-teman Rieska banyak yang sering gonta-ganti tempat pensil! Lagipula wajar dong Rieska minta dibelikan lagi tempat pensil, yang satu ini rusak resletingnya,” balasku kesal, menunjukkan resleting tempat pensilku.
“Nanti ya, Nak. Sekarang pakailah dulu tempat pensil yang ini. Kalau ada uang akan langsung Ibu belikan,” kata ibu menatapku. Aku mendesah kesal, berbalik arah, lalu masuk ke kamar tidurku dan adikku.
Namaku Rieska Alvani, dan aku punya keluarga yang begitu miskin.
 
***
“Lho, masih belum diganti, Ries?” tanya Qiran, memiringkan kepalanya menatap tempat pensilku. “Kamu belum bilang kepada ibumu?”
“Oh, sudah kok,” jawabku buru-buru. “Katanya besok mau dibeli. Aku sudah pesan dibelikan yang gambar Hello Kitty lho, yang kantongnya ada dua. Keren banget, deh!” tambahku berbohong, berusaha kelihatan ceria.
“Wah, iyakah? Nanti aku juga mau deh yang seperti itu,” Qiran tampak berpikir. Aku tertawa kecil, buru-buru mengalihkan topik pembicaraan sebelum Qiran membahas lebih banyak lagi.
Huh, gara-gara ibu, aku terpaksa harus berbohong pada Qiran. Kenapa sih ibu sebegitu pelitnya sampai membelikan tempat pensil saja tidak bisa?
Namaku Rieska Alvani, dan aku adalah sang pemakai topeng.
***
Share: